Showing posts with label Advices. Show all posts
Showing posts with label Advices. Show all posts

10/14/2015

7 Benda Pengusir Stress Yang Harus Ada di Meja Kerja Anda

7 Benda Pengusir Stress Yang Harus Ada di Meja Kerja Anda

Saliagu - Kantong tinju sepertinya terlalu besar dan tidak praktis untuk dibawa ke kantor. Jadi baiknya bawa apa, ya, untuk meringankan efek stress bekerja? Kami punya solusinya. Pastikan Anda selalu punya 7 Benda Pengusir Stress Yang Harus Ada di Meja Kerja Anda.
1. Camilan Sehat


Beberapa makanan seperti kacang almond,oatmeal, buah-buahan dengan kandungan vitamin C tinggi, dan dark chocolate (yay!) dapat membantu menurunkan tekanan darah yang melejit di situasi penuh ketegangan serta mengurangi hormon kortisol yang meregulasi tingkat stress. Jangan lupa juga untuk minum air secukupnya.
2. Bubble Wrap

Tahukah Anda, aktivitas favorit Anda waktu kecil ini terbukti dapat memberi efek menenangkan yang sama dengan pijat selama 33 menit? Jangan buang bubble wrap yang Anda dapatkan ketika belanja dan simpan untuk hari-hari penuh stress di kantor.
3. Stress Ball

Stress ball adalah nama 'medis' untuk bola karet berukuran kecil yang bisa Anda genggam untuk meredakan tekanan dengan memperlancar aliran darah, terutama jika Anda mengkombinasikannya dengan menarik nafas dalam dan melepaskannya perlahan.
4. Aromaterapi

Umumnya, lavender terkenal sebagai aroma yang dapat mengusir stress. Tapi terserah Anda, cari saja aroma yang Anda sukai dan yang biasa Anda asosiasikan dengan relaksasi. Asal jangan sampai membawa lilin yang memicu alarm di kantor saja, ya.
5. Material Bacaan Favorit Anda

Ambil waktu beberapa menit istirahat untuk membaca apa saja, buku, majalah, koran, murni untuk mengalihkan pikiran Anda dari sumber stress.
6. Headphones Atau MP3 Player


Mendengarkan musik, terutama musik klasik, dapat meningkatkan produktivitas dan membantu Anda untuk relaks. Bagi beberapa orang, suara-suara alam seperti hujan, juga dapat membuat mereka merasa lebih nyaman dan tenang.
7. Tanaman Pot Kecil

Selain memperindah meja, keberadaan tanaman akan mengurangi tekanan dan dampak buruk ruangan tertutup pada kesehatan Anda dengan meregulasi oksigen dan menyerap polusi di udara. Sedikit elemen hijau di meja Anda juga bisa membantu membuat mata Anda lebih nyaman setelah terlalu lama melihat layar komputer.
Apa saja benda di meja kantor yang biasa Anda gunakan untuk melepas stress?

Cara Mengurangi Efek Buruk Terlalu Banyak Duduk

4 Cara Mengurangi Efek Buruk Terlalu Banyak Duduk

Saliagu - Coba Anda pikir-pikir, dalam sehari, berapa jam yang Anda habiskan dalam posisi duduk? Di kantor mungkin sekitar 8 jam, lalu di rumah? Berapa jam lagi Anda duduk-duduk saja?
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jika setiap 4 harinya Anda duduk lebih dari 6 jam, risiko Anda terkena penyakit jantung meningkat sebesar 64%. Agak kejauhan? Bagaimana dengan efek-efek yang langsung terasa seperti pegal-pegal, sakit punggung, nyeri leher, dan berat badan yang bertambah? Jika keseharian Anda banyak dihabiskan untuk duduk, simak tips-tips ini Cara Mengurangi Efek Buruk Terlalu
1. Atur Posisi Duduk
Anda mungkin tahu bahwa duduk membungkuk berakibat tidak baik kesehatan, namun ternyata duduk terlalu tegak, tepatnya 90 derajat, juga tidak baik untuk tulang dan sendi. Para ilmuwan dari Kanada dan Skotlandia menemukan bahwa posisi duduk 135 derajat adalah yang paling nyaman dan lebih baik untuk kesehatan sendi Anda.
Pastikan juga layar komputer terletak langsung di garis mata Anda agar leher  tidak perlu terlalu menunduk. Psst, jika bos Anda curiga Anda sedang bermalas-malasan karena posisi duduk Anda yang tampak santai, tunjukkan artikel ini pada beliau!
2. Gunakan Setiap Kesempatan Untuk Bergerak 
- Jika ada hal yang perlu Anda bicarakan dengan kolega, jangan gunakan email atau pesan singkat. Langsung saja ke mejanya
- Ada yang menelepon? Berdiri dan angkat telepon Anda sambil sedikit berjalan-jalan.
- Selesai makan siang, jika ada waktu, jangan langsung kembali ke meja Anda dulu. Selain berguna untuk menyelipkan sedikit aktivitas fisik, jalan-jalan mengelilingi area sekitar kantor selama beberapa menit juga membantu proses pencernaan dan meringankan tekanan.
3. Jadwalkan Waktu Untuk Bergerak
Untuk setiap satu jam Anda duduk dan bekerja, beri diri Anda waktu lima hingga sepuluh menit untuk berhenti, entah untuk berdiri dan berjalan-jalan maupun meregangkan tubuh. Bila perlu, pasang alarm kecil sebagai pengingat. Coba gerakan-gerakan ini untuk melemaskan otot yang kaku.
4. Buat Diri Sendiri Repot
- Parkirkan kendaraan Anda sejauh mungkin dari pintu masuk.
- Selalu pilih tangga dibanding lift atau eskalator.
- Jika Anda terbiasa membawa botol air raksasa, coba ganti ke yang berukuran kecil agar Anda terpaksa harus sering berjalan kepantry untuk mengisinya. Tapi jangan malah menjadikan ini alasan untuk minum lebih sedikit dari biasanya. Semakin banyak yang Anda minum, semakin sering Anda akan ke kamar mandi dan, ya, semakin sering Anda akan berdiri dan berjalan.
Di luar kantor, peliharalah kebiasaan untuk berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari dan ingat untuk selalu manfaatkan setiap kesempatan untuk bergerak.
Jadi, jika Anda sekarang sedang duduk sambil membaca artikel ini, ayo, berdiri dan stretching atau jalan-jalan ringan!

10/12/2015

Beruntunglah Orang Yang Menikah Sebelum Mapan, Kenapa ?

Saliagu - Beruntunglah mereka yang menikah sebelum mapan. Berbahagialah mereka yang mendapatkan pasangan yang belum mapan.

Banyak laki-laki yang menunda menikah dengan alasan ‘belum mapan’. Saya tak ingin memperdebatkan apa definisi ‘mapan’ di sini, karena mapan bagi setiap orang punya ukuran yang berbeda-beda. Tapi, bagi mereka yang masih ragu untuk menikah karena menunggu mapan, izinkanlah saya memberi nasihat yang baru: Menikahlah sebelum mapan!


Saya selalu suka kalimat John Donne yang pernah juga dipelesetkan Abraham Heschel, katanya: ‘No man is an island’, tak ada laki-laki yang menjadi pulau bagi dirinya sendiri. Artinya, tak ada seorangpun yang bisa hidup sendirian, seperti sebuah pulau yang tak membutuhkan orang lain. Setiap orang selalu membutuhkan orang lain untuk berbagi dan mengisi sesuatu yang ‘kosong’ dalam hidupnya. Dalam konsep ini, menurut Donne, tak ada seorang pun di dunia ini yang ‘mapan’.

Jika seorang yang hendak menikah memiliki cara berpikir demikian, maka pernikahan bisa didekati dengan cara yang lebih rendah hati. Jika seorang laki-laki bisa berpikir ‘saya belum mapan’, misalnya, maka ia akan mendekati istrinya sebagai seseorang yang akan menyempurnakan hal-hal yang belum mapan dalam dirinya.

Bagi saya, mapan tentu saja bukan soal kekayaan atau kepemilikan saja, mapan adalah soal kesanggupan individu dalam menghadapi berabagai tantangan dalam hidupnya. Kalau mapan hanya soal uang atau karir, bukankah banyak yang berlebih secara materi dan gemilang di tempat kerja tapi tak sanggup menghadapi ego dan amarahnya sendiri? Nah!

Dengan pemahaman baru ‘menikah sebelum mapan’, seseorang akan menghadapi pasangannya dengan penuh penghargaan. Karena ia sadar bahwa dalam diri pasangan tersebut ada sisi-sisi yang akan menyempurnakan dirinya. Bayangkan kalau cara berpikir seperti ini tidak ada dalam sebuah pernikahan, hubungan suami-istri akan melulu atas-bawah, subordinatif, dan cenderung tidak adil.
Tidak sedikit suami yang karena merasa bahwa dialah yang memiliki ‘penghasilan’, dialah yang punya uang, dialah yang hidupnya ‘mapan’, dialah yang bersinar di dunia luar, malah merendahkan dan tidak menghargai istrinya.

Jika nekad menikah sebelum mapan, lantas istri dan anak mau dikasih makan apa, dikasih makan cinta? Barangkali pertanyaan itu benar-benar terasa mengganggu. Tapi orang-orang lupa bahwa mapan tak sama dan sebangun dengan rasa tanggung jawab. Yang dibutuhkan dalam pernikahan bukanlah harta yang berlimpah, tapi rasa tanggung jawab yang cukup.

Percuma saja punya kekayaan banyak tapi tak bertanggung jawab, kan? Banyak kok suami yang rela membuat istri dan anak-anaknya ‘susah’ tetapi memanjakan dirinya sendiri malah memanjakan selingkuhannya. Artinya, harta yang banyak tak akan berarti apa-apa dalam pernikahan jika kita tak punya banyak cinta untuk menjalaninya.

Suatu hari saya ditanya soal mewujudkan impian bersama dalam rumah tidak sempurna, bahwa kita selalu membutuhkan bantuan orang lain, bahwa kita membutuhkan partner untuk mewujudkan impian-impian kita.

Dengan merasa bahwa kita ‘tidak sempurna’, maka kita akan terus menjadi ‘pribadi yang membelum’, pribadi yang selalu dalam proses… Di sanalah akan tercipta kesalingpahaman antara suami dan istri. Selanjutnya, keduanya akan sama-sama menjalin komitmen untuk bersama mewujudkan impian-impian besar yang mereka miliki.

Tapi, jangan hanya saling mengerti untuk mewujudkan impian-impian besar saja! Pernikahan bukan hanya tentang mewujudkan impian-impian besar, tapi juga menjalani hal-hal kecil di keseharian. Jika yang ada dalam pikiran Anda hanya ingin mewujudkan impian-impian besar, sebaiknya jangan menikah, tapi ikutlah organisasi atau partai politik!

Lantas apakah dengan menikah seseorang yang ‘belum mapan’ akan menjadi mapan? Belum tentu. Tergantung kualitas pernikahan itu sendiri. Dan kualitas pernikahan ditentukan oleh pola hubungan antara suami dan istri. Banyak suami atau istri yang memperlakukan pasangannya dengan prinsip relasi ‘aku-kamu’, dengan menganggap pihak ‘kamu’ hanya sebagai objek atau benda yang tak memiliki kehendak atau pilihan-pilihan.

Tentu saja relasi semacam ini miskin empati. Dalam relasi ‘aku-kamu’ semacam ini, pusat kepentingan ada di ‘aku’ dan ‘kamu’ adalah pihak luar, kamu adalah yang harus memerhatikan aku, kamu adalah yang harus nurut, kamu adalah objek yang tidak merdeka.

Martin Buber, filsuf asal Austria, menawarkan pola hubungan lain yang lebih baik. Ia menyebutnya ‘aku dan engkau’ (I and Thou atau Ich und Du). Dalam relasi aku-engkau, kata Buber, ‘engkau’ lebih dihargai sebagai subjek yang setara. Karena dalam diri ‘engkau’ ada bagian dari ‘aku’. Pemisah antara aku dan engkau bukan sekadar hak dan kewajiban, tetapi ikatan yang saling menguatkan.

Jika kita melihatnya dalam konteks pernikahan, dalam hubungan ‘aku-engkau’ cara pandangnya bukan semata-mata tentang apa kewajiban serta hak-hak suami terhadap istrinya, atau sebaliknya, tetapi lebih kepada hubungan kasih-sayang juga rasa cinta. Jika hubungan rumah tangga di bangun di atas prinsip ini, tak ada lagi persoalan ‘siapa harus menghormati siapa’ atau ‘siapa harus menurut kepada siapa’ sebab segalanya berdasar pada ‘aku melakukan ini dan tidak melakukan itu karena aku menyayangimu’.

Kembali pada diskusi kita soal kemapanan, individu yang lebih menghargai individu lainnya, suami yang lebih berempati pada istrinya, memiliki peluang lebih besar untuk mapan dalam pernikahannya. Sekali lagi, mapan bukan hanya soal kepemilikan kapital dan kecukupan finansial, tetapi ‘mapan’ dalam pengertian yang lebih luas: Menjadi pribadi dewasa yang sanggup menghadapi beragam tantangan dalam hidupnya. Dengan modal kemapanan semacam ini, pernikahan yang bahagia tentu merupakan sesuatu yang niscaya.

Akhirnya, bagi saya, prinsip ‘menikah sebelum mapan’ adalah pilihan orang-orang cerdas yang penuh optimisme sakligus empati. Bagi yang sedang mencari pasangan, carilah orang yang seperti ini. Carilah orang yang akan mengajak Anda sukses dan bahagia bersama, bukan orang yang merasa sudah sukses lalu hanya akan menjadikan Anda ‘pelengkap’ saja.

Maka benarlah firman Allah dalam Al-Quran, istrimu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian baginya (Al-Baqarah 187). Suami adalah individu yang belum mapan tanpa istrinya, dan istri adalah pribadi yang belum sempurna tanpa suaminya.

Jadi Bagaimana, Apakah anda masih menuggu mapan untuk menikah ? Bagikan postingan teman-temanmu agar mereka juga tau kenapa harus menikah sebelum mapan.